Selasa, 26 Juni 2007

DIABETES MELITUS

Adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan insulin relatif maupun absolut. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada penderita diabetes melitus semua proses itu terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak.
Pada saat seseorang melakukan aktifitas makan atau selesai makan, maka kenaikan kadar gula darah akan menyebabkan sel-sel β pankreas terangsang dan akan mensekresikan insulin. Glukosa mula-mula memasuki sel β, dengan bantuan sistem pengangkutan (transportasi) khusus yaitu Glucose Transporter 2 (GLUT 2) didalam sel β. glukosa dari sirkulasi darah akan memasuki sel β dan menuju ke mitokondria, disini oleh enzim glukokinase glukosa akan memetabolisme menghasilkan ATP. Adanya ATP ini akan menyebabkan tertutupnya saluran yang disebut ATP Dependent KAlium Channel (ADKC). Saluran yang biasanya terbuka dan tempat lalu lintasnya ion K dari dalam sel β keluar sel, bila tertutup akan menyebabkan ion K tidak bisa keluar dari dalam sel dan menumpuk didalam sel. Hal ini menyebabkan depolarisai membran sel β akibatnya saluran lain yang disebut Voltage Dependent Ca Channels (VDCC) yang biasanya tertutup akan terbuka dan menyebabkan kantong-kantong (vesicles) yang berisi insulin, proinsulin dan C peptida berkontraksi mengeluarkan Insulin dan C peptida serta sedikit proinsulin kedalam sirkulasi darah. Disini terlihat bagaimana peranan glukosa sebagai stimulator (perangsang) sekresi insulin.
Dikenal 2 macam tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes tipe 1 sangat jarang, hanya sekitar 10% dari semua DM dan DM yang terbanyak adalah DM tipe 2 lebih dari 90%.
Diabetes tipe 1 terjadi akibat adanya pengrusakan sel-sel β pankreas yang disebabkan proses di mana tubuh atau sistem kekebalan tubuh membentuk bahan-bahan yang bersifat antibodi terhadap berbagai substansi yang terdapat didalam pankreas. Substansi yang bersifat sebagai autoantigen dan terdapat dalam pankreas itu antara lain ialah sel-sel pulau langerhans sendiri yang akan merangsang terbentuknya ICA (Islet Cell Antibodies), GAD (Glutamic Acid Dehydrogenase, suatu enzim) yang akan merangsang terbentuknya IAA (Insulin Auto Antibodies). Reaksi autoantigen dengan autoantibodies akan menyebabkan kerusakan atau destruksi sel-sel β, sehingga produksi dan sekresi insulin menjadi berkurang (Insulinopenia).
Berbagai zat dapat bertindak sebagai provokator dan merangsang pembentukan autoantibodi seperti virus coxsackie memiliki protein yang strukturnya amat mirip dengan GAD, albumin yang terdapat dalam susu lembu strukturnya juga mirip dengan GAD. Hal inilah yang menerangkan mengapa infeksi virus coxsackie pada usia muda dan konsumsi susu sapi pada usia bayi akan meningkatkan resiko menderita DM tipa 1. Faktor lain yang dapat menyebabkan rusaknya pankreas yaitu bahan kimia seperti Alloxan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya DM tipe 2 yaitu genetika dan environment. Bahwa faktor genetika ikut berperan terlihat dari kenyataan didapatinya Dm tipe 2 pada lebih dari 90% pasangan kembar identik. Faktor environment. Bila individu dengan hiperinsulinemia dan normoglycemia ini tetap saja dengan gaya hidup santainya, malas berolah raga dan banyak makan dan minum yang mengandung gula maka resistensi insulin berlanjut terus, meski dengan sekresi insulin dan kadar insulin yang tinggi dalam darah namun kemampuan memasukan glukosa kedalam sel makin berkurang, sehingga terjadilah hyperinsulinemia disertai dengan hyperglicemia.
Ada 3 hal yang dijumpai pada penderita DM tipe 2 yaitu gangguan fa'al sel β (disfungsi sel β), resistensi insulin dan meningkatnya produksi glukosa oleh hati. Pada DM tipe 2 yang gemuk latar belakang patogenesis yang paling menonjol ialah resistensi insulin, yaitu keadaan jaringan-jaringan seperti otot, lemaka dan hati tidak memberi respon yang normal terhadap kerja insulin. Oleh karena kemampuan insulin untuk memasukan glukosa ke dalam sel-sel tersebut menurun maka sebagai kompensasi sel-sel β akan memproduksi dan mensekresikan lebih banyak insulin sehingga terjadilah Hyperinsulinemia dan pada keadaan seperti ini kadar glukosa darah masih dapat dipertahankan normal (hiperinsulinemia dengan normoglycekia).